Beranda | Artikel
Bersikap Ramah kepada Anak
2 hari lalu

Bersikap Ramah kepada Anak ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 06 Rajab 1446 H / 06 Januari 2025 M.

Kajian Tentang Bersikap Ramah kepada Anak

Salah satu manfaat bersikap ramah kepada anak adalah memunculkan kepercayaan diri pada diri mereka. Ketika orang tua atau guru bersikap ramah, anak akan merasa dihargai, diterima, dan dicintai. Jika seorang anak merasa dihargai dan dicintai, ia akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat.

Kepercayaan diri ini sangat penting karena menjadi dasar bagi anak untuk menemukan dan mengembangkan bakat serta minatnya. Anak yang percaya diri akan berusaha maksimal untuk mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh terburu-buru menilai anak sebagai tidak berbakat atau pemalu hanya karena mereka terlihat pendiam atau kurang responsif.

Sebaliknya, introspeksi diri perlu dilakukan. Bisa jadi, sikap orang tua yang kurang ramah atau kurang memberikan apresiasi memengaruhi perilaku anak. Contohnya, ketika anak pulang ke rumah, ia tidak disambut dengan hangat. Ketika anak bercerita, orang tua sibuk dengan ponsel mereka. Jika anak tidak dihargai dalam kesehariannya, maka rasa minder atau tidak percaya diri bisa berkembang.

Namun, jika anak diperlakukan dengan ramah, dihargai, dan dicintai, ia akan merasa nyaman. Kondisi psikologis yang nyaman ini akan membuat anak lebih mudah menemukan bakat dan minatnya, lalu mengembangkannya secara maksimal.

Selain itu, sikap ramah dari orang tua juga membantu membangun hubungan yang hangat antara anak dan orang tua. Hubungan yang hangat ini akan membuat anak merasa nyaman untuk mencurahkan isi hatinya kepada orang tuanya.

Pentingnya Mendengarkan Curhat Anak

Mengapa perlu mendengarkan curhat anak? Jika anak memiliki perasaan atau pengalaman yang ingin ia ceritakan tetapi tidak mendapat tempat untuk mencurahkannya di rumah, ia akan mencari tempat lain. Kita tidak pernah tahu siapa yang akan ia temui di luar sana. Sangat mungkin ia bertemu dengan orang-orang yang memiliki pengaruh buruk.

Contoh nyata sering kita jumpai di jalanan. Ketika melewati lampu merah, sering terlihat anak-anak dengan rambut pirang dan gaya cukuran unik yang dikenal sebagai anak punk. Mereka makan, ngobrol, bahkan tidur di pinggir jalan atau emperan toko. Anak-anak seperti itu tentunya memiliki orang tua dan rumah, entah itu rumah sendiri atau kontrakan. Namun, mengapa mereka memilih menghabiskan waktu di jalanan bersama teman-teman yang baru dikenal beberapa hari, sementara orang tua mereka sudah mendampingi belasan tahun?

Hal ini sangat mungkin terjadi karena anak-anak tersebut tidak mendapatkan sambutan hangat di rumah. Mereka segan atau bahkan takut untuk bercerita kepada orang tua karena kurangnya sikap ramah. Kebalikan dari ramah adalah dingin, dan kebalikan dari empati adalah tidak peduli. Banyak anak yang di rumahnya diperlakukan dengan kasar, dingin, atau diabaikan. Keberadaan mereka tidak dianggap, dan sering kali mereka mendengar kata-kata yang menyakitkan hati, seperti:
“Anak ini tidak ada gunanya!”
“Kapan kamu bisa membanggakan orang tuamu?”
“Coba lihat tetangga, anaknya juara ini dan itu. Kamu bisa apa?”

Subhanallah.. Kata-kata seperti ini membuat anak merasa tidak dihargai. Akibatnya, mereka enggan curhat kepada orang tua karena takut dimarahi. Lebih baik mereka pergi dan mencari teman di luar, meskipun teman-teman itu belum tentu memberikan pengaruh baik.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan teladan luar biasa dalam bersikap ramah kepada anak-anak. Sikap ramah ini terbagi menjadi dua: ramah secara ucapan dan ramah secara perbuatan.

1. Keramahan Ucapan

Keramahan ucapan melibatkan pemilihan kata yang baik, intonasi yang lembut, dan ekspresi wajah yang hangat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Lihat: Berkata Baik Atau Diam

Sebagai contoh, bandingkan ucapan negatif seperti, “Goblok,” dengan ucapan positif seperti, “Alhamdulillah, anakku pintar.” Jelas sekali perbedaan dampaknya pada perasaan anak.

Seseorang dinilai ramah jika ia mampu memilih kata-kata dengan bijak. Contoh kata-kata kasar seperti goblok atau tolol sudah diketahui umum sebagai kata yang tidak pantas. Ditambah lagi, jika kata-kata tersebut diucapkan dengan intonasi tinggi atau keras, apalagi di depan umum, maka hal ini semakin memperburuk keadaan.

Sebagai umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kita seharusnya mencontoh cara beliau berbicara. Pemilihan kata harus baik, intonasi lembut, dan mimik wajah hangat. Senyuman, pandangan mata yang bersahabat, serta ekspresi wajah yang rileks mencerminkan adab yang baik. Sebaliknya, tatapan melotot, intonasi kasar, dan raut muka yang tegang hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan.

Misalnya, mengucapkan salam: “Assalamualaikum” dengan senyum dan nada ramah akan berbeda maknanya dibandingkan dengan mengucapkannya dengan nada datar atau bahkan seperti menantang. Kata-kata yang sama, ketika disampaikan dengan mimik dan intonasi berbeda, dapat menghasilkan makna yang berbeda pula.

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menceritakan tentang bagaimana ramahnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada anak-anak. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dengan isnad yang dinilai sahih oleh Al-Arna’ut, Anas berkata:

جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَسَلَّمَ عَلَى الصِّبْيَانِ وَهُمْ يَلْعَبُونَ

“Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang, beliau melewati anak-anak bermain, maka beliau mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Ahmad)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempraktikkan adab ini. Beliau memberi salam kepada anak-anak kecil yang sedang bermain. Hal ini menjadi teladan nyata bagi umat Islam.

Bayangkan, jika kita sedang berjalan dan melihat ada anak-anak yang bermain, apakah kita juga mengucapkan salam kepada mereka? Sering kali kita justru merasa terganggu jika anak-anak bermain di dekat masjid, membuat berisik, atau bahkan mengotori area sekitar masjid. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam justru menunjukkan keramahan dengan memberi salam terlebih dahulu.

Mengapa beliau melakukannya? Karena baik anak kecil maupun orang dewasa adalah bagian penting dari masyarakat. Keduanya perlu dihargai. Bahkan, ada survei yang menyatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia saat ini adalah generasi muda. Generasi ini sangat penting untuk diperhatikan dan dibimbing.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memahami betapa besar dampaknya ketika seseorang merasa dihargai. Anak-anak kecil yang diberi salam dan dihormati akan tumbuh dengan sikap menghormati orang lain, baik itu kepada sesama anak kecil, maupun kepada orang dewasa.

2. Keramahan Perbuatan

Keramahan perbuatan adalah tindakan nyata. Contohnya, ketika bertemu anak kita, peluklah mereka, usap kepalanya, kecup keningnya, atau sambut dengan hangat saat mereka datang. Keramahan ini lebih dari sekadar kata-kata; ia membutuhkan tindakan yang menunjukkan kasih sayang.

Inilah yang dipraktikkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagaimana diceritakan oleh seorang sahabat Nabi bernama Ya’la bin Murrah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa mereka pernah keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menghadiri undangan makan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajak para sahabat -tentunya setelah mendapatkan izin dari tuan rumah.

Dalam perjalanan menuju tempat undangan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat cucunya, Husain Radhiyallahu ‘Anhu, sedang bermain di tengah jalan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam segera mendahului para sahabat. Tidak hanya itu, beliau juga membentangkan kedua tangannya untuk menangkap cucunya.

Husain berlari ke sana kemari, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengikutinya, bercanda sambil berlari ke arah Husain. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhasil menangkap cucunya. Beliau memeluk Husain dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang.

Kisah ini diriwayatkan dalam hadits yang disebutkan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Al-Adabul Mufrad dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54866-bersikap-ramah-kepada-anak/